Thursday, February 21, 2008

Sinergisitas Orang Tua dan Guru dalam Keberhasilan Belajar Siswa

Oleh: B.S. Wiratama

Pada hakekatnya, belajar merupakan tanggungjawab setiap insan di dunia ini. Setiap proses pembelajaran yang dilakukan, pastilah akan melibatkan segala sesuatu yang ada di sekitar kita, seperti manusia, lingkungan dan benda-benda lainnya yang ada di sekitar kita. Pelibatan segala sesuatu tersebut tidaklah hanya sebatas menjadi objek pembelajaran, tetapi sangat memungkinkan untuk terlibat menjadi subjek dalam pembelajaran. Secara awam, salah satu subjek pembelajaran yang paling dekat adalah guru.Guru memiliki peranan yang tidak dapat dikatakan kecil dalam keberhasilan pembelajaran seseorang.

Guru sangat memegang peranan yang dapat menentukan hitam-putihnya proses pembelajaran seorang pebelajar. Setiap kata yang diucapkan oleh guru pastilah akan memiliki makna yang akan diserap oleh siswanya. Disinilah proses hitam-putih itu berlangsung. Anak dapat saja mengartikan/memahami apa yang guru ajarkan sesuai dengan keinginan/harapan guru, tetapi tidak menutup kemungkinan jika anak akan membuat pengertian/pemahaman lain dari apa yang dibicarakan oleh gurunya. Sehingga, sangat memungkinkan diperlukannya proses filterisasi informasi dalam proses pembelajaran oleh siswa.

Proses filterisasi informasi ini dapat dilakukan dengan memberikan penekanan dan pemahaman (stressing) terhadap konsep tertentu atau maksud tertentu dari apa yang dijelaskan oleh guru. Guru dapat juga membimbing anak-anak agar mampu memusatkan perhatian pada hal yang sedang ia pelajari. Selain dibimbing oleh guru, proses filterisasi informasi ini dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri. Mempebanyak sumber informasi, referensi-referensi dan media-media pembelajaran akan sangat membantu siswa untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang sedang ia hadapi. Namun, kenyataan di lapangan, siswa sangat memerlukan arahan dan bimbingan dari orang dewasa. Tidak hanya di sekolah, tetapi juga di rumah. Proses filterasi ini akan mampu membangun sebuah pemahaman bagi siswa untuk menemukan jawaban dari permasalahan hidupnya, termasuk permasalahan tentang kehidupan, penemuan jati diri dan masalah lainnya selain masalah-masalah tentang pelajaran di sekolah.

Seperti yang kita ketahui, waktu anak terbanyak adalah di rumah. Dari 24 jam yang ada, anak hanya (maksimum) berada di sekolah sekitar 8 jam dan sisanya ada di rumah. Jadi jika dilihat dari sudut ini, guru hanya memungkinkan membantu siswa itu hanya sebatas (maksimum) 8 jam, selebihnya mereka akan difasilitasi di rumah oleh orang tuanya. Sehingga dapat disarikan bahwa proses pembelajaran siswa tidaklah sepenuhnya didominasi oleh guru selaku fasilitatornya, tetapi juga dibantu oleh orang tuanya di rumah.



Orang tua siswa memiliki pengaruh terhadap proses filterasi informasi dan proses pemahaman siswa dalam belajarnya. Lingkungan rumah dapat menjadi referensi yang baik bagi siswa untuk belajar memahami konsep yang sedang ia pelajari. Peranan orang tua tidak kalah penting dengan peranan guru di sekolah, sehingga tidak ada istilah jika anak sudah masuk sekolah semuanya akan baik-baik saja dengan anggapan orang tua tidak akan perlu lagi turut campur dalam urusan ini (baca: belajar).

Orang tua dan guru diharapkan dapat menjadi penggerak arah belajar siswa. Peranan kedua unsur ini diharapkan dapat membantu menjadi sebuah kekuatan dashyat yang mampu memecahkan karang kebuntuan siswa dalam proses belajarnya. Sinergisitas ini akan mampu menghasilkan pebelajar yang berkualitas sesuai dengan tuntutan di era globalisasi sekarang ini. Kerjasama, komunikasi, dan koordinasi yang baik antar guru dan orang tua inilah yang merupakan tujuan dari keberhasilan proses belajar mengajar siswa tersebut.

No comments:

Post a Comment

Search This Blog