Saturday, May 7, 2011

Aku, Kamu, dan Tuhan

Ditulis dan diedit oleh: B.S. Wiratama
Dedicated to: Wind, Time and Life....


Meski tak seindah yang kau mau...
Tak sesempurna cinta yang semestinya...
Namun aku mencintaimu, sungguh...
Mencintaimu...
(Tak Seindah Cinta Semestinya, lagu oleh Naff)

Sangat dipahami makna yang tersirat dari lagu Naff tersebut di atas. Semua insan pasti sangat menginginkan sebuah bentuk ideal dalam sebuah hubungan. Terpenuhi semua keinginan, kesabaran yang besar dan lapang dada menerima ketidaksempurnaan pasangan kita, yang tentunya dilakukan oleh kedua pihak yang membina hubungan tersebut, merupakan beberapa faktor yang diinginkan dan dibutuhkan hadir dalam berhubungan tersebut. Namun, pada kenyataannyapun tak selamanya akan seindah itu... tak selamanya akan sesempurna itu... dan itulah alasannya mengapa hubungan itu sebaiknya hanya aku, kamu, dan Tuhan yang tahu.

Dalam sebuah artikel yang pernah saya baca, lelaki mengutarakan sebuah curahan hatinya dalam sebuah renungan yang ditujukan kepada kekasihnya ketika mereka menjalani masa-masa "tak indah dan tak sempurna" dalam membina hubungan mereka. Guratan-guratan curahan tersebut kira-kira isinya sebagai berikut.

"Kami tahu, kalian para wanita sungguh sebenarnya menghargai usaha yang kami lakukan dan yang kalian harus tahu, kami selalu bersungguh-sungguh untuk orang yang kami sayangi! Hanya saja kami butuh kalian tersenyum ketika kami merasa lelah, hampir putus asa, dan sungguh kami akan kembali mengerjakan itu untuk kalian. Semua! hanya karena kalian... Dan ya! Kami pun tahu bahwa ketika kalian hanya diam dan memperlihatkan bahwa kalian bosan, kalian ingin kami tetap sabar, tapi kami tidak mau terlihat tidak bisa mengerti kalian dengan mengajukan pertanyaan "jadi maunya gimana?". Kami akan diam sesaat, dan berpikir apa yang bisa membuat senyum kalian kembali lagi? Karena senyum kalian yang menghidupkan hidup kami, sungguh! Semua hanya karena kalian." (Sebuah Renungan, 2011).

Bukankah ini adalah sebuah realita yang sering terjadi ketika semua dari kita menjalani sebuah hubungan di fase kehidupan yang masih labil ini? Itulah sebabnya kenapa ini semestinya hanya aku, kamu, dan Tuhan yang berhak mengetahuinya.

Perlu juga dipahami bahwa kultur yang ada sering menyebabkan kaum lelaki itu cenderung kurang ekspresif dalam menyampaikan dan menyatakan ekspresi sikap terhadap cintanya. Tanggung jawab yang dipikulnya menyebabkan ia akan berusaha sekuat tenaganya untuk menjalani dan membahagiakan semua orang di sekelilingnya, terutama keluarga dan dirimu, kekasihnya. Dan itu sering dilakoni dalam diamnya. Memang secara alamiah, lelaki itu cenderung pendiam dalam menyampaikan ekspresinya, namun tidaklah bijak jika hal itu diartikan bahwa lelaki tidak mencintai keluarga dan kekasihnya hanya karena dia selalu diam ketika ada masalah atau melakoni perjalanan tersebut. Dan itulah alasan, mengapa hanya aku, kamu, dan Tuhan saja yang sebaiknya memahami dan memberi arti dalam hubungan ini.

Dalam lubuk hati yang paling dalam "Sejujurnya kami tidak menyukai pujaan hati kami menangis. Sungguh itu membuat kami bingung setengah mati! Maka tolong jangan salahkan kami, ketika kami meminta kalian berhenti menangis, namun kami pasti akan mendengarkan apa yang kalian ucapkan dalam tangis kalian, dan percayalah, kami akan tetap di samping kalian walaupun kalian menangis hingga tertidur di depan kami. Maka, kami akan membawa kalian masuk ke rumah dan pamit pulang pada ayah ibu kalian. Dan tunggulah, maka kami akan menelepon kalian keesokan harinya untuk menanyakan kabar kalian atau datang ke rumah membawakan coklat untuk melihat senyum kalian lagi. Sungguh, itu hanya karena kalian.." (Sebuah Renungan, 2011). Dan inilah arti dari hanya aku, kamu, dan Tuhan saja yang terlibat dalam hubungan kita.

Lalu, apakah ini akan cukup berarti bagi kalian untuk bisa meyakini bahwa kami adalah manusia yang tidak sehebat seperti yang terlihat diluarnya? Kamipun manusia yang butuh penuntun untuk mengarahkan "perahu jiwa" ini ke arah yang benar, seperti halnya kalian yang ingin selalu diperhatikan dan didampingi selalu. Kamipun butuh perempuan hebat itu untuk menjadikan kami hebat.

Dan perlu juga dipahami, bahwa "Ketika kalian membutuhkan kami, yakinlah bahwa kami akan selalu ada untuk kalian. Ketika kalian mengatakan "tidak usah" pun, kami akan selalu ada di samping kalian, karena kalian adalah orang yang kami sayangi, percayalah..!! Sungguh, semua ini hanya karena kalian... Jika kami sudah memilih kalian, maka yakinlah, kalian adalah peri kecil kami, setidaknya itu yang kami pikirkan saat itu... (Sebuah Renungan, 2011).


Kita tidak memerlukan banyak nasehat, banyak ceramah, banyak ulasan, dan banyak teori dalam membina hubungan ini. Yang kita perlukan dan butuhkan hanyalah aku, kamu, dan Tuhan yang memberi arti pada semua ini. Iya, hanya AKU, KAMU, dan TUHAN... bukan siapa-siapa lagi...

6 comments:

  1. love it so much....
    tp apa smua laki-laki setulus itu???

    ReplyDelete
  2. Tdk bisa dijadikan dasar untuk generalisasi emg, tp sepertinya perasaan yg dialami pada dasarnya akan mirip-mirip seperti yang terurai pada tulisan ini...

    ReplyDelete
  3. (ノ゚0゚)ノ~

    ReplyDelete
  4. Terima kasih Pak Agung... Jos gandos...

    ReplyDelete

Search This Blog